Foto: Deputi bidang perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM RI, Ahmad Zabadi didampingi PJ Bupati Sanggau dan pejabat Pemprov Kalbar melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik minyak makan merah terintegrasi, Jumat (4/10/2025) siang.
SANGGAU, Mentari khatulistiwa.co.id- Deputi bidang perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM RI, Ahmad Zabadi melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik minyak makan merah terintegrasi dengan pabrik kelapa sawit di desa Palem Jaya Kecamatan Parindu, Jumat (4/10/2025) siang.
Tampak hadir dalam peletakan batu pertama tersebut, Penjabat Bupati Sanggau Suherman, asisten perekonomian dan pembangunan pemerintah provinsi Kalimantan Barat Ignatius, staf ahli Gubernur, para pimpinan OPD terkait di provinsi Kalimantan Barat, para anggota DPRD Kabupaten Sanggau, pimpinan OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sanggau serta tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat.
Kepada wartawan, Deputi bidang perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM RI, Ahmad Zabadi mengatakan bahwa pengelolaan pabrik minyak makan merah dan pabrik kelapa sawit diserahkan sepenuhnya kepada koperasi anugrah bumi hijau (Koperabuh). Pembangunan pabrik minyak makan merah dimulai hari ini dan ditargetkan selesai tahun 2025.
“Kenapa membutuhkan waktu yang cukup lama, karena yang dibangun nanti bukan hanya pabrik minyak makan merahnya tetapi pabrik kelapa sawitnya yang memproduksi CPO,” kata Ahmad Zabadi kepada wartawan.
Kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS) yang dibangun, diakuinya cukup besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Kalau pabrik minyak makan merahnya tidak lama, sebulan dua bulan sudah selesai, tapi yang lama itu PKSnya, karena kapasitasnya cukup besar 15 ton perjam. Mudah-mudahan setahun ke depan sudah selesai,” ujarnya.
Disinggung terkait pembiayan pembangunan pabrik, Ahmad Zabadi menuturkan bahwa pihak koperasi memiliki aset mencapai Rp 200, milyar lebih sehingga dianggap mampu membangun pabrik sendiri. Namun begitu, pemerintah melalui Kementrian Koperasi bakal memberikan dukungan pembiayaan.
“Saya dengar pihak Koperasi juga sedang membangun komunikasi dengan lembaga keuangan untuk pembiayaan. Saya dengan aset ratusan milyar yang dimiliki koperasi saya yakin koperasi ini punya kemampuan mengundang lembaga keuangan dalam rangka pembiayannya nanti,” ungkapnya.
Untuk total biaya yang dibutuhkan membangun pabrik minyak makan merah terintegrasi dengan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 10 ton perjam diperlauean mencapai Rp 30- 34 milyar.
“Tapi karena di atas 10 ton perjam bisa jadi lebih besar dari itu biayanya. Tapi nanti biar jelas ke bagian teknisnya saja yang lebih paham,” tuturnya.
Ahmad Zabadi menegaskan bahwa keberadaan pabrik ini nanti tidak hanya akan menghasilkan minyak makan merah tetapi juga produk turunannya, diantaranya kosmetik, bahan baku sabun, bahan baku kesehatan untuk menurunkan stunting karena banyak mengandung vitamin dan sudah teruji di BPOM RI.
“Jika produk turunannya ini juga dikelola oleh koperasi saya yakin kesejahteraan petani akan meningkat karena hanya TBS stabil di koperasi tidak terpengaruh harga luar,” ungkapnya.
Pembangunan pabrik minyak makan merah di Palem Jaya ini merupakan pabrik kelapa lima di Indonesia. Sebelumnya Kementerian Koperasi sudah membangun empat pabrik dibeberapa daerah. Pertama di Deli Serdang, kedua di Pelalawan, ketiga di Musi Banyuasin dan ke empat di Tanah Laut. Untuk tenaga kerja, bakal menyerap tenaga kerja cukup banyak.
“Kalau pabrik minyak makan saja diperkirakan menyerap tenaga kerja sekitar 30an orang ini belum pabrik kelapa sawitnya ya, belum lagi pabrik turunannya, bisa lebih banyak lagi,” pungkasnya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Sanggau, Suherman menegaskan bahwa pemerintah daerah sejak awal mendukung penuh berdirinya pabrik minyak makan merah terintegrasi.
“Kedepan dukungan itu akan terus kita lakukan terutama yang sifatnya administratif,” ujarnya.
Dengan berdirinya pabrik ini nanti, dari hulu sampai ke hilir dimiliki koperasi yang di dalamnya ada petani-petani Sanggau sehingga akan meningkatkan perekonomian petani Sanggau
“Rantai distribusi hingga produksi akan jauh lebih hemat sehingga memberikan keuntungan untuk petani lokal dan harga minyak makanpun akan jauh lebih murah dari minyak makan umumnya dan tidak perlu lagi khawatir kelangkaan minyak makan seperti tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Suherman. (Red)