Example floating
Example floating
Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300
DaerahKebudayaan

Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan

147
×

Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan

Share this article


Magetan, Mentari khatulistiwa.co.id- Mbok Yem, perempuan bernama lengkap Wakiyem yang dijuluki sebagai “Legenda Gunung Lawu,” meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025). Pemilik warung di puncak Lawu itu wafat saat memasuki usia 82 tahun.
Pada Maret lalu, Mbok Yem turun gunung dengan ditandu karena sakit. Ia dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo karena pneumonia. Mbok Yem juga sempat sesak napas sehingga kunjungan pembesuk dibatasi saat itu.
Sejumlah pendaki pun mendoakan Mbok Yem. Ada pula yang datang ke rumah sakit untuk menjenguknya. Bisa dibilang, Mbok Yem merupakan pahlawan bagi para pendaki.
Warungnya ibarat oase di padang pasir. Mbok Yem rela menyediakan makanan bagi para pendaki yang singgah meskipun tengah malam.
Demi pendaki bisa makan Dedikasi Mbok Yem dalam melayani pengunjung warungnya tak diragukan lagi. Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit. Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari. Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya. “Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar. Kalau capek baru tertidur,” ucap Mbok Yem saat ditemui Maret lalu.
Anak Mbok Yem, Saelan, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa jika Mbok Yem tetap nekat berjualan meski usianya sudah memasuki 82 tahun.
” Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ucapnya. Saelan mengaku bahwa jiwa orangtuanya itu sudah tidak memikirkan untung atau rugi berjualan di Puncak Gunung Lawu.
Untuk membawa beban sembako seberat 35 kilo menuju puncak, biayanya bisa mencapai Rp 500.000. “Kami memahami bagaimana Simbok lebih mementingkan bisa jualan di atas daripada memikirkan untungnya,” ujar Saelan.
Saat Mbok Yem sakit Maret lalu, warungnya tetap beroperasi.
Meski tampak sederhana, tetapi warung Mbok Yem menyimpan kenangan bagi orang-orang yang pernah mendaki Gunung Lawu. Salah satu menu yang dirindukan adalah nasi pecel.(har)

Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Example 1000x300Example 1000x300 Example 1000x300Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600