Example floating
Example floating
Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300Example 1000x300
DaerahKebudayaanPendidikan

Sejarah Lahirnya Jamaah Yasin dan Tahlil Walisongo di Tanah Rantau, Pelita Kecil dari Sanggau

443
×

Sejarah Lahirnya Jamaah Yasin dan Tahlil Walisongo di Tanah Rantau, Pelita Kecil dari Sanggau

Share this article

Sanggau, mentarikhatulistiwa.co.id– KetuavJamaah Yasi Wali Songo Sutrisno menceritakan  Malam Jumat selalu terasa berbeda bagi para perantau di Kota Sanggau. Di sebuah rumah kontrakan sederhana, lantunan ayat suci Al-Qur’an berpadu dengan doa tahlil yang khidmat. Suasana itu bukan hanya ritual ibadah, melainkan juga obat rindu bagi hati-hati yang jauh dari kampung halaman.

Dari kebiasaan sederhana itulah, pada tahun 1998 lahir Jamaah Yasin dan Tahlil Walisongo. Hanya berawal dari 15 orang perantau, jamaah ini kini telah berkembang menjadi lebih dari 50 anggota. Nama Walisongo dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada para wali yang dahulu berdakwah di tanah Jawa.

“Mereka berjuang dengan kesabaran, dan kami ingin meneladani semangat itu di tanah rantau,” kenang salah satu sesepuh jamaah.

Kegiatan rutin jamaah ini dilaksanakan setiap malam Jumat. Usai membaca surah Yasin dan tahlil, selalu ada kultum singkat berisi pesan menyejukkan hati. Setelah itu, jamaah menikmati hidangan sederhana sambil bercengkerama, saling bertukar kabar, hingga tertawa bersama. Di tengah kesibukan sebagai pedagang, ASN, hingga aparat keamanan, momen ini menjadi ruang istimewa untuk merajut kebersamaan.

Dari jamaah ini pula lahir grup hadroh rebana Walisongo, yang kini kerap tampil mengiringi sholawat dalam berbagai acara keagamaan di Kabupaten Sanggau. Melalui rebana, dakwah menjadi terasa lebih indah sekaligus memperkenalkan tradisi kampung halaman kepada masyarakat luas.

Namun, keberadaan jamaah ini tidak hanya tentang doa dan sholawat. Mereka aktif saling membantu dalam suka maupun duka—mulai dari mendukung pembangunan surau, memberikan bantuan saat ada musibah, hingga bersama-sama membeli tanah wakaf dan mendirikan Majelis Taklim.

Tujuan Utama Jamaah Yasin dan Tahlil Walisongo

Menjalin silaturahmi antar perantau.

Melaksanakan kegiatan Yasinan dan Tahlilan rutin setiap malam Jumat.

Mempererat ukhuwah islamiyah dan saling membantu sesama anggota.

Memberikan bantuan kepada saudara yang tertimpa musibah.

Mengembangkan dan melestarikan Hadroh Rebana Walisongo yang dikenal luas di Kabupaten Sanggau.

Mewakafkan tanah dan membangun Surau Baiturrahman di Jalan Mandiri 2.

Membeli tanah seluas 2 hektar untuk pemukiman jamaah dengan sistem pembayaran bertahap.

Mendorong berdirinya Gedung Majelis Taklim melalui dukungan biaya, material, dan tenaga.

Bagi para anggotanya, jamaah ini bukan sekadar komunitas, melainkan rumah kedua. Tempat menjaga iman, merawat tradisi, dan merasakan hangatnya persaudaraan.

Dengan motto sederhana, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,” Jamaah Yasin dan Tahlil Walisongo terus tumbuh sebagai pelita kecil di tanah rantau, yang menerangi hati siapa pun yang singgah di dalamnya. (Red)

Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Example 1000x300Example 1000x300 Example 1000x300Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600Example 600x600