Melawi, Mentari Khatulistiwa.co.id
Melambungnya nya harga LPG 3 Kg di Kabupaten Melawi, mencapai harga Rp 30 ribu pertabung,hingga menimbulkan keresahan di kalangan Masyarakat, khususnya ibu rumah tangga.
Candra,yang mengaku sebagai karyawan gudang di Agen LPG ,PT MITA MELAWI yang beralamat di Jalan Propinsi , Sidomulyo Km 4 Kecamatan Nanga Pinoh,saat di mintai keterangan terkait langka dan melonjaknya harga LPG 3 Kg dalam sepekan ini di Nanga Pinoh mengatakan, terjadinya kelangkaan mungkin terbentur pasca libur lebaran hingga terjadi pengurangan pasokan ke pangkalan dan pengecer.
“Memang pasokan agak berkurang, Mungkin karena bertepatan dengan liburan lebaran kemarin, sekarang juga masih kosong,kami juga masih menunggu” Imbuhnya,sembari menunjuk tumpukan ratusan tabung LPG 3 Kg.
Saat di tanya mengenai lonjakan harga hingga mencapai Rp 30 Ribu di tingkat pengecer di Nanga Pinoh,Candra kaget,menurut dia selama ini pendistribusian sesuai harga HET.
“Masa sih,baru dengar harga segitu,mungkin itu di kalangan pengecer,kalau dari kami sih tetap harga. HET ” Jelasnya,Selasa (23/4/24)
Sementara,menyikapi persoalan tersebut Wakil Bupati Melawi Kluisen juga angkat bicara,dirinya merasa prihatin atas melonjaknya harga LPG 3 Kg di Nanga Pinoh dan sekitarnya Kluisen pun berharap dinas terkait,Disperindag segera melakukan pemantauan kelapangan apa penyebab kelangkaan hingga terjadi lonjakan harga.
“Disperindag,harus segera pantau dan cek kelapangan apa penyebab kelangkaan dan terjadinya lonjakan harga,apakah ada pengurangan kota,atau ada hal hal lainnya ” ujar Wakil Bupati.
Sementara salah satu tokoh masyarakat di Melawi Nurpansyah minta Pertamina dan pemerintah daerah untuk terus mengawasi distribusi LPG tiga kilogram ini, di mana banyak masyarakat miskin yang kesulitan mendapatkan haknya.
“Jangan sampai disalahgunakan oleh pihak-pihak di luar,sasaran dan tujuan subsidi gas melon ini,tentunya aparat penegak hukum ( APH) juga dilibatkan dalam pengawasan agar bisa segera diproses secara hukum ketika ditemukan bukti penyelewengannya,”pungkasnya.
(Frans Som)